Announcement:

You can download , games , software free. 'And Computer Learn ,Network

Inilah Resiko Mengerikan Jika Pacaran di Jenjang SMA

Anak SMA Pacaran (Google)
Dikutip dari : Renungkanlah
Pacaran jaman sekarang sangat berbeda dengan gaya pacaran jaman dulu. Bayangkan, jaman dulu belum ada hand phone apalagi smart phone sehingga komunikasi saat berpacaran sangat berbeda dengan jaman sekarang. Jaman dulu, belum banyak motor berkeliaran, tidak seperti kamu yang mudah pergi kemana-mana berdua di jaman sekarang. Pacaran jaman sekarang bukan berarti lebih enak dibandingkan dengan jaman dulu. Banyak hal positif yang sulit ditemukan di pacaran di masa kini yang dulu sangat mudah ditemukan dan sebaliknya. Banyak hal negatif pula yang sering terjadi di proses pacaran jaman sekarang yang jarang terjadi di jaman dulu.



Jaman dulu, pacaran biasanya dilakukan oleh anak-anak di usia SMA akhir karena pada saat itu pacaran masih dianggap hal yang tidak begitu biasa dan dilakukan sembunyi-sembunyi. Sedangkan saat ini, bahkan anak SD pun sudah mengenal dan melakukan yang namanya pacaran.

Dampak positifnya, jaman dulu orang-orang berpacaran karena memang sudah siap menghadapi resiko dan paham akan konsep pacaran yang baik dan buruk dengan sangat matang. Sedangkan, anak SD berpacaran biasanya karena dorongan rasa suka pada lawan jenisnya (yang wajar terjadi) dan juga didukung oleh lingkungannya padahal pada kenyataannya mereka belum siap dan paham betul dengan konsep pacaran itu sendiri. Dampak negatifnya, banyak anak SD dan SMP yang terjerat kasus pergaulan bebas dan gagal dalam pendidikannya karena pengaruh pacaran yang tidak sehat.

Seperti dikutip dari Pilihdokter, penelitian di Amerika membuktikan bahwa remaja yang pacaran memiliki resiko empat kali lipat lebih tinggi untuk berhenti sekolah setelah memiliki pasangan. Para penelitian ini, para peneliti mengamati sekitar 624 orang pelajar, mulai dari pelajar sekolah dasar (kelas 6 SD) hingga pelajar sekolah menengah atas (SMA 3) di 6 sekolah berbeda di Georgia. Setiap tahunnya, para peneliti meminta para pelajar untuk mengisi sebuah kuesioner mengenai bagaimana kehidupan pribadi mereka, sementara itu para peneliti akan meminta para guru untuk mengevaluasi bagaimana prestasi akademik dari para pelajar tersebut

Para guru akan menilai prestasi akademik anak melalui banyak faktor seperti bagaimana mereka mengerjakan tugas sekolah, bagaimana mereka mengerjakan tugas kelompok, apakah mereka menyelesaikan semua pekerjaan rumah yang diberikan, dan apakah mereka menyelesaikan tugas membaca yang diberikan. Sekitar 38 persen dari para pelajar yang telah memiliki pacar di SMA mengatakan bahwa mereka hampir selalu memiliki pacar saat penelitian berlangsung (7 tahun) dan sekitar 22 persen remaja peserta penelitian mulai berkencan dengan seseorang saat mereka masih di kelas 6 SD.

Di sepanjang waktu penelitian, para guru mencatat bahwa anak yang memiliki prestasi akademik terbaik merupakan anak yang paling jarang berkencan dan anak yang paling sering berkencan jugalah yang memiliki prestasi akademik yang paling buruk. Para peneliti menemukan bahwa para peserta penelitian yang tidak mempunyai pacar memiliki prestasi akademik yang lebih baik secara keseluruhan dibandingkan dengan pelajar yang telah memiliki pacar, di mana mereka memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang saat mereka masih duduk di bangku SMA.

Hal ini mungkin dikarenakan berkencan di usia dini merupakan salah satu bagian dari perilaku beresiko tinggi. Selain itu, berbagai kesulitan emosional yang dialami saat memasuki masa remaja seperti depresi, penindasan, dan kecemasan juga membuat para pelajar beresiko lebih tinggi untuk memulai kebiasaan buruk seperti merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, dan menggunakan obat-obatan terlarang.

Kadar hormon yang berfluktuasi dan adanya keinginan untuk mencari jati diri serta patah hati dapat membuat para remaja menggunakan cara yang salah untuk membantunya mengatasi rasa sakit hati dan stress yang dialaminya. Sebuah penelitian lainnya yang dilakukan di Kanada menemukan bahwa para remaja yang depresi memiliki resiko 13 kali lipat lebih tinggi untuk mulai merokok. Para peneliti menduga bahwa efek menenangkan dari rokok dapat membantu para remaja ini melewati berbagai kesulitan yang dialaminya. [PilihDokter]
Share It Please Bro

Unknown

Hello Perkenalkan Nama Saya Rifki saya memposting semua artikel yang ada di blog ini , dan saya juga masih belajar mengenai software dan jaringan dan maka itu saya membuat blog ini untuk belajar dan menukar pikiran kepada agan agan sekalian ,saya juga belum master seperti agan agan yang sudah master , saya hanya untuk posting hal yang berguna , karena saya ingin menjadi orang yang berguna bagi orang lain

0 comments:

Copyright @ 2015-2016 Computer Network. Designed by Templateism | Di Rombak Oleh Rifki Amalun